Seminar AI pada Guru, antara HANYA SEKEDAR ADMINISTRASI dan LUPA MENYENTUH MURID

Banyak sekali keresahan tahun ini terlebih lagi banyak sekali guru yang mengikuti seminar AI sebut saja inisial "Gimana", tapi melihat banyak yang mengikuti hanya sekedar membuat pelengkap administrasi saja tanpa melihat data. Keresahan ini semakin kalut ketika setiap guru yang saya tanya mengikuti pelatihan itu, belum mengetahui struktur pembuatan modul. Asal percaya tanpa belajar terlebih dahulu.


Ironi di tengah pendidikan yang berkembang dan banyak guru yang kurang memvalidasi ilmu nya sendiri. Banyak yang mau instan, tapi tidak mau belajar dari dasar. Kesalahan akan banyak menjadi-jadi, sudah tidak bisa buat plan eh hanya ngasal.

Pernah liat ga sih lulusan, tapi ga sesuai dengan visi misi sekolah entah itu akhlaknya atau hal lain. Pada bulan ini saya mengikuti seminar yang sangat menarik. Pembahasan yang menyentuh hati saya "Perencaan itu bukan hanya sekedar administrasi belaka yang sudah dikumpulkan, maka selesai begitu saja. Perencaan yang baik itu bukan hanya mengumpulkan, tapi perencanaan yang dapat menyentuh murid sehingga memiliki kearifan dan kebijaksaan dalam adab. Jikalau perencanaan itu sedikit melenceng, maka ia tidak akan jauh dari perencanaan awal". Kurang lebih yang saya dengar seperti itu. 

Perencanaan yang tidak dibuat akan mengurangi penilaian yang otentik dan cenderung subyektif. Ketika guru itu hanya mengenal satu siswa maka nilai terbesarnya akan jatuh pada dia. Lihat guru-guru seperti itu membuat membuat hati saya teriris sebagai seorang guru. Karena sejatinya guru itu harus objektif dalam menilai secara keseluruhan.

Lantas kalian sudah tahu fungsi perencanaan pada pembelajaran?

Perencanaan pembelajaran dapat menolong pencapaian suatu target atau sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya.

Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang, akan dapat memberikan feedback yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang akan terjadi. Melalui feedback tersebut guru dapat meningkatkan dan memperbaiki program. Secara kreatif, guru akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal baru.

Suatu inovasi hanya akan muncul seandainya kita memahami adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.

Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran kita dihadapkan pada berbagai pilihan strategi. Melalui proses perencanaan kita dapat menyelesaikan strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Tanpa suatu perencanaan tidak mungkin kita dapat menentukan pilihan yang tepat. Fungsi selektif dikaitkan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui proses perencanaan tersebut guru dapat menentukan materi mana yang sesuai dan materi mana yang tidak sesuai untuk diajarkan kepada siswa.

Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, atau bahkan pihak eksternal seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengomunikasikan kepada setiap orang, baik tentang tujuan dan hasil yang ingin dicapai, strategi atau rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan.

Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan program yang disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan atau kendala yang akan terjadi. Di samping itu, fungsi prediktif dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh.

Sering kali terjadi guru merasa kelebihan bahan pelajaran sehingga mereka merasa waktu yang tersedia tidak sesuai dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari siswa. Akibatnya, proses pembelajaran berjalan tidak maksimal, sebab kriteria keberhasilan diukur dari sejumlah materi pelajaran yang telah disampaikan pada siswa, tidak peduli materi itu dipahami atau tidak. Perencanaan yang matang dapat menghindari hal tersebut. Sebab, melalui proses perencanaan, guru dapat mempertimbangkan setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa. Guru dapat menghitung jam pelajaran efektif, melalui program Perencanaan.

Mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan materi, akan tetapi membentuk manusia secara utuh. Manusia utuh disini dalam artian berkembangnya aspek intelektual, sikap, dan keterampilan. Dengan demikian, pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi hasil belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang.

Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pembelajaran tertentu. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran yang dapat diserap oleh siswa, materi mana yang sudah dan belum dipahami oleh siswa. Dalam hal inilah perencanaan berfungsi sebagai kontrol, yang selanjutnya dapat memberikan umpan-balik kepada guru untuk mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.

Oleh sebab itu, agar perencanaan pembelajaran menjadi alat yang berguna, perlu didampingi dengan pengetahuan dan kemampuan bekerja seseorang secara efektif dalam situasi kepemimpinan yang baik. Dengan kata lain, bahwa perencanaan pembelajaran adalah merupakan salah satu komponen yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran; tanpa didukung oleh komponen-komponen yang lain maka perencanaan pembelajaran tidak akan efektif.

Posting Komentar

0 Komentar