DESAIN GRAFIS BUKAN DESAIN GRATIS


Jadi kalo desainer harus dibayar?
Seorang desainer harusnya diapresiasi (gue ga bilang dibayar) atas hak cipta dengan apa yang udah dibuat. Yang paling rendah adalah apresiasi dalam bentuk ucapan terimakasih atau 'thank you'. Dan yang paling parah adalah nggak ngucapin sama sekali.



Tapi apakah seorang desainer harus diberikan apresiasi?
Dibawah ini ada sedikit cerita, dibaca dulu sob.


"Bray, besok kan mau ada event nih perusahaan gue. Tolong bikinin poster yak!"
"Oke bisa, gue sempetin deh. Project briefnya kayak gimana?"
"Ah pokoknya bikin yang keren. Terserah loe deh mau gimana. Soal brief loe bikin sendiri aja"
"Iya deh iya.."

Dengan berbekal 'terserah loe', Jono mengerjakan poster tersebut. Kemudian besoknya Tono (temennya Jono tadi) nanyain poster itu.

"Gimana Jon? Udah jadi?"
"Belum bro. Masih dikonsepin"
"Minggu depan bisa selesai kan?"
"Iya deh iya..."

Kemudian Jono lembur tiap malam untuk mencari konsep yang sesuai dengan event Tono tersebut. Kenapa Jono lembur? Ia tidak diberikan konsep yang jelas dan project brief nggak ada dan itu bikin susah.

Seminggu kemudian..

"Nih Ton posternya" Jono menyodorkan laptopnya
"Loh kok simpel gini? Kurang menarik Bray!"
"Lah menarik bijimane, ini supaya event lu kelihatan jelas dan tersampaikan ke orang lain kan?"
"Iya tapi tidak ada seninya, tapi gak papa deh ntar gua utak-atik sendiri. Thanks ya!"

Setelah mencolokkan flashdisk, Tono pun pergi meninggalkan Jono begitu saja.

Lah?


Kesimpulan

Cerita diatas bisa jadi gambaran desainer grafis. Kadang nggak dikasih brief tentang project dan hanya berujung kata 'thanks'.

Well, untuk awalan emang gak masalah. Mau ngebangun reputasi dengan menggratiskan karya terlebih dahulu atau emang itu prinsip, it's okay. Tapi sebagai client atau 'orang yang meminta tolong' ada baiknya tidak menggeneralisasikan prinsip gratis tersebut. Seorang desainer selalu menyangkut hak cipta. Dan hak cipta harus diapresiasi. Apa jadinya jika sewaktu event si Tono banyak yang bilang gini

"Wah Ton, poster lu kurang jelas kemaren. Gue sempat kesasar kesini"
"Iya Ton. Bahkan waktu eventnya ditulis kecil-kecil. Susah liatnya kalo mata udah 'sepuh' gini nih"
"Lain kali jangan ngedepanin seninya aja ya Bro kalo mau pesen desain poster. Siapa sih yang bikin?"
"Eh, iya maaf. Yang bikin temen gue sih. Hehe..."

So, he blames that mistakes to Jono. Padahal desain posternya udah dirombak sama Tono. Disini Jono udah kerja keras, tanpa apresiasi dan jadi turun reputasinya. Mungkin nggak kayak gini juga ya skenarionya? Tapi bisa jadi.

Banyak orang memandang sebelah mata arti seorang desainer. Mungkin mereka memandang kerjaannya cuman di depan laptop atau komputer, bergelut dengan Photoshop, CorelDraw, Ilustrator dan sebagainya.

"Tutorialnya udah banyak di internet gratis lagi..."
"Lagian seorang desainer grafis pasti suka ngelakuin hobi nggambarnya kok..."
"Yah diminta tolong dikit gak papa lah..."


Terus apa tanggapan seorang desainer?

Tutorial gratis?
Yaudah bikin sendiri aja. Belajar sendiri.

Karena hobi?
Desainer juga manusia. Punya kehidupan selain hobi.

Cuman di depan laptop?
Meluangkan waktu berjam-jam untuk mencari ide dibilang gampang?
Nggak.

"Logo Nike cuman checklist gini aja harganya berjuta-juta?"

Diatas ini adalah tanggapan kalo dia bisa lebih baik daripada yang orang lain lakukan. Sebenarnya desain grafis adalah tentang simplicity.

Ya benar! Seorang desainer grafis sebenarnya membuat beberapa paragraf menjadi sebuah logo, poster, banner yang mudah dicerna oleh orang lain dan dipahami dengan cepat.




sebuah gambar bernilai 1.000 kata

Nggak usah heran kalo di Indonesia desain banner, baliho, poster tiap tahun kayak gitu-gitu aja. Nggak berkembang cepat. Ya itu tadi, minim apresiasi. Untuk berkembang butuh modal, gimana mau berkembang kalo gak dikasih modal?


Padahal uang Rp. 50.000 buat bikinin poster sama Jono udah murah banget. Dan tentu sedikit apresiasi buat Jono bisa bikin dia termotivasi.

Kreatif bukan hal mudah yang didapat sejak lahir. Pola pikir dalam proses berpikir kreatif dengan latihan terus meneruslah yang membuat seseorang bisa disebut kreatif. Mereka menolong orang lain dalam hal desain, tolong balik dengan menghargainya.


Loh berarti desain grafis harus dibayar?

Sekali lagi terserah, tapi yang jelas harus diapresiasi. Contohnya kalo loe minta bikinin desain Web. Hak ciptanya tetep desainer. Atau bahkan sang desainer boleh ngiklan gratis di web tersebut.
Adil kan?

Gue sendiri bukan anak DKV atau semacamnya. Tapi gue respek dengan karya mereka. Hidup akan lebih berwarna jika ada yang mewarnai bukan? Itulah mereka.

Kalo boleh cerita tentang pengalaman di bidang desain grafis jujur sangat minim. Pertama kali pegang komputer pas kelas 1 SMP. Itu komputer lab sekolah. Wah udah seneng banget pegang microsoft office beserta assistantnya.
emudian kenalan sama Corel.

"Hai Mbak Corel boleh minta nomor hapenya nggak?"
"Boleh, tulis disini nomer hape kamu ya. Nanti aku sms"
"Oke mbak.."

Sejam kemudian ada sms masuk.
Nomor Anda telah diisi dengan nomor seri voucher 101933283429402. Hub *1445# bisa pesan tapi nggak dianter dari Ke Ep Si Fresh Chicken

Ternyata sms diatas dari MKiso. FYI ajasih, Mbak Corel itu adalah tukang konter pulsa. Biasanya suka mintain nomer orang. Nomor rumah misal.

Udah becandaannya. Lanjut lagi gue cerita.

Kalo nggak salah pertama make Corel 11. Dengan dasar pengen ngebantuin orang tua, gue belajar layout offset dikit-dikit. Diajarin oleh Bang Amat selama tiga hari dirumah.

Bang Amat ini kerjanya ngelayout (tukang layout) dan Bapak sering pesen tempat beliau. Jadi udah kenal lumayan dekat. Gue diajarin selama tiga hari berturut-turut nggak makan, nggak minum dan nggak mandi. Kayaknya terlalu didramatisir?

Awalnya sih mau latihan berbulan-bulan. Tapi tiga hari aja udah bikin gue nggak makan, nggak mandi dan nggak minum, apalagi satu bulan. Lagian dulu gue lagi ada kompetisi bola kaki bergengsi, tingkat kampung. 


Setelah nggak diajarin sama Bang Amat, gue belajar otodidak.
Tanpa tutorial sob.


Maklum pas masih SMP gue belum kenal yang namanya internet. Tiap pulang sekolah gue ceklak-ceklik sendirian didepan komputer tabung CRT. Dulu belum punya laptop. Harganya masih mahal. Mending beli sendal sob, buat kompetisi bola kaki.
Lah kok sendal?
Sendalnya dijadiin tiang gawang.




Kemudian desain gue berkembang dikit bisa nambah-nambah drop shadow pas SMA. Tapi tetep aja menurut gue itu adalah desain paling keren (waktu itu).

Posting Komentar

0 Komentar