Sejak kita lahir hingga saat ini, sudah begitu banyak nikmat yangb diberikan kepada kita. Baik nikmat nikmat fisik berupa benda-benda maupun yang psikis seperti pengetahuan dan ketenangan hati. Begitu banyaknya nikmat ini sampai kita pun tidak akan pernah sanggup menghitungnya. Memang kita tidak perlu menghitung nikmat yang sudah kita terima, tapi wajib untuk mensyukurinya. Karena hanya dengan bersyukurlah maka nikmat itu akan membawa berkah dan akan terus bertambah.
Pada umumnya, syukur yang kita ungkapkan adalah berupa ucapan Alhamdulillah atau ucapan lainnya karena kita MENDAPATKAN sesuatu. Bersyukur karena mendapatkan uang, penghargaan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Inilah bentuk syukur yang pertama, yaitu bersyukur MENDAPATKAN sesuatu, apalagi bila itu memang sesuatu yang sangat kita inginkan.
Sesungguhnya, kalau kita ingat-ingat apa saja yang telah kita peroleh, maka kita tidak ada pernah bersyukur. Bukankah setiap hari kita mendapatkan udara yang kita hirup tanpa kita minta? Bukankah kita mempunyai mata yang masih dapat melihat, telinga yang masih mendengar, jantung yang masih berdetak, dan darah yang terus mengalir? Semua kita peroleh bahkan tanpa sekalipun kita meminta dan mendoakannya.
Apa artinya semua harta dan kebanggan yang kita miliki dan kita impikan jika bernapas saja kita harus bergantung pada tabung oksigen? Segala teknologi canggih yang kita punya gadget, televisi, dan mobil termutakhir seperti sia-sia jika mata kita tak bisa melihat.
Sepertinya kita perlu merenungkan kembali pada yang selama ini kita syukuri dan bagaimana mensyukurinya. Mungkin selama ini kita sibuk mensyukuri segala sesuatu yang indah dan menganggumkan dalam pandangan kita maupun orang lain, namun lupa mensyukuri keberadaan mata kita yang melihatnya. Atau yang lebih dalam lagi, kita lupa bahkan tidak pernah mensyukuri penglihatan kita, dimana mata hanyalah salah satu pirantinya.
Disini kita baru mencontohkan satu perangkat tubuh dari sekian banyak yang telah diberikan Allah kepada kita, yaitu mata. Bila mata Kamu tidak dapat melihat, tidak ada bedanya semua warna bagi Kamu, tidak ada beda televisi 14 inci dan 52 inci, tidak ada beda perempuan cantik dan kurang cantik, laki-laki tampan dan kurang tampan. Tidak ada bedanya baju seharga 50 ribu dan 5 juta.
Tapi bagi mereka yang bisa melihat, sering punya televisi yang kecil merasa malu, pakai baju murah mendadak gengsi. Substansinya sebenernya bukanlah mahal atau murah, bagus atau kurang bagus, canggih atau kuno, tapi kita BESYUKUR atau tidak terhadap diri kita dengan segala perangkat yang "ter-instal" di dalamnya. Bukan sekedar mensyukuri apa yang kita kenal kemudia di dunia ini lewat penglihatan, pendengaran, dan pikiran kita.
Inilah syukur kita yang pertama, yaitu syukur karena kita MENDAPATKAN sesuatu, baik secara cuma-cuma maupun lewat usaha yang terus kita upayakan.
Nah, yang masih jarang dilakukan oleh orang kebanyakan adalah syukur yang kedua, yaitu bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk MEMBERIKAN atau berbagi pada orang lain. Syukur yang kedua ini akan mendorong setiap orang untuk senang berbagi, karena dengan itulah dia mewujudkan rasa syukurnya.
Orang-orang yang sudah terbiasa dengan syukur yang kedua ini, akan merasa sedih bila tidak dapat atau kurang berbagi kepada orang lain karena dia akan merasa kurang berbagi kepada orang lain karena dia akan merasa kurang bersyukur. Mereka adalah orang-orang yang selalu ringan hati untuk MEMBERIKAN sesuatu dengan hartanya, ilmunya, tenaganya, dan waktunya. Hebatnya lagi, mereka selalu memiliki sesuatu untuk diberikan.Mereka bunkanlah tipe orang yang selalu berkilah dengan kata-kata, "Nanti deh, kalau saya punya sesuatu, akan saya bagi." Atau, "Saya kan orang nggak punya, apa yang mesti saya bagi?"
Ada dua kebahagiaan bagi mereka yang selalu mengaplikasikan kedua syukur ini. Mereka kan bahagia saat MENDAPATKAN sesuatu dan juga berbahagia saat MEMBERIKAN sesuatu. Mereka bukanlah tipe orang yang berbahagia saat mendapatkan sesuatu namun cemberut saat memberikan sesuatu.
Syukur selalu membawa keberkahan. Berapa pun harta yang kita punya, bagaimanapun kondisi kita saat ini, bila kita syukuri maka akan membawa keberkahan berupa ketenangan hati, merasa cukup, dan tentu saja kebahagiaan.
Sebaliknya, bila dengan segala apa yang kita miliki dan alami, membuat hati selalu resah, selalu merasa kurang dan tidak pernah puas, percayalah itu tanda kurang bersyukur. Apa pun yang diperoleh, tidak membawa keberkahan. Semakin banyak yang diperoleh justru membuat semakin jauh dari Allah dan semakin jauh dari manusia.
"Kalau Kamu tidak bersyukur dengan kebaikan yang sedikit, maka Kamu tidak akan bisa merasakan nikmatnya kebaikan yang banyak."
Kalau Kamu merenungkan perkataan ini, maka Kamu akan menitikan air mata karena malu atas rezeki yang sebelumnya Kamu remehkan, yang Kamu anggap terlalu kecil dan tidak pantas untukmu.
Apa bedanya antara segelas teh yang dibuatkan oleh istrimu tanpa Kamu minta dengan promosi jabatan dan kenaikan gaji 200 persen yang diberikan atasan Kamu? Cara Kamu mensyukurinya.
Tidak ada kebaikan yang terlalu kecil untuk disyukuri.
Seandainya kita mengerti betapa besarnya kasih sayang Allah, maka orang yang paling miskin sekalipun akan lupa berkeluh kesah karena sibuk BERSYUKUR. Mereka yang sedang sakit akan lupa dengan penderitaanya karena sibuk BERSYUKUR.
Renungilah hal ini.
Terkadang kita menggap hidup orang lain lebih enak, padahal mungkin saja dia lebih sulit hanya saja dia tidak mengeluh.
Ada dua kebahagiaan bagi mereka yang selalu mengaplikasikan kedua syukur ini. Mereka kan bahagia saat MENDAPATKAN sesuatu dan juga berbahagia saat MEMBERIKAN sesuatu. Mereka bukanlah tipe orang yang berbahagia saat mendapatkan sesuatu namun cemberut saat memberikan sesuatu.
Syukur selalu membawa keberkahan. Berapa pun harta yang kita punya, bagaimanapun kondisi kita saat ini, bila kita syukuri maka akan membawa keberkahan berupa ketenangan hati, merasa cukup, dan tentu saja kebahagiaan.
Sebaliknya, bila dengan segala apa yang kita miliki dan alami, membuat hati selalu resah, selalu merasa kurang dan tidak pernah puas, percayalah itu tanda kurang bersyukur. Apa pun yang diperoleh, tidak membawa keberkahan. Semakin banyak yang diperoleh justru membuat semakin jauh dari Allah dan semakin jauh dari manusia.
"Kalau Kamu tidak bersyukur dengan kebaikan yang sedikit, maka Kamu tidak akan bisa merasakan nikmatnya kebaikan yang banyak."
Kalau Kamu merenungkan perkataan ini, maka Kamu akan menitikan air mata karena malu atas rezeki yang sebelumnya Kamu remehkan, yang Kamu anggap terlalu kecil dan tidak pantas untukmu.
Apa bedanya antara segelas teh yang dibuatkan oleh istrimu tanpa Kamu minta dengan promosi jabatan dan kenaikan gaji 200 persen yang diberikan atasan Kamu? Cara Kamu mensyukurinya.
Tidak ada kebaikan yang terlalu kecil untuk disyukuri.
Seandainya kita mengerti betapa besarnya kasih sayang Allah, maka orang yang paling miskin sekalipun akan lupa berkeluh kesah karena sibuk BERSYUKUR. Mereka yang sedang sakit akan lupa dengan penderitaanya karena sibuk BERSYUKUR.
Renungilah hal ini.
Terkadang kita menggap hidup orang lain lebih enak, padahal mungkin saja dia lebih sulit hanya saja dia tidak mengeluh.
0 Komentar