A. Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Istilah Bimbingan Konseling sebenarnya terjemahan dari
bahasa Inggris “GuidanceandCounseling”. Dalam Grolier Webster International Dictuonary of The English Languange,
guidance diartikan, theactor service of counseling or supervising;
the service providedby a vocational directoror counselor; a program of
an educational institutions which provides testing, evalution, and teraphy services;
A mechanism, system, orbuilt-indevace which guidens the operation of a Machines;
the process of determining the flight plath of a missile. Dalam pengertian ini,
bimbingan berarti pemberian bantuan, bimbingan
atau pemberian petunjuk kepada seseorang, termasuk petunjuk penggunaan
alat dan bantuan pemberian jasa atau perlengkapan lainnya. Dalam pengertian
lain, masih menurut kamus tersebut, bimbingan adalah program yang disiapkan
sekolah atau satuan pendidikan untuk menyiapkan tes atau evaluasi. Adapun counseling diartikan, theact process of
given professionally competent advice. Specifically, theuse of
psychological methodsin profesional guidance of individual. Konseling
diartikan proses untuk memberikan saran secara profesional dan kompeten.
Konseling ini berupa pemberian bimbingan kepada seseorang. Menurut Priyatno dan
Erman Amti, secara etimologi, konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu
“consilium” yang berarti “dengan” dan “bersama” yang dirangkai dengan
“menerima” atau “memahami”. Dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal
dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyiapkan”. Jadi, bimbingan dan
konseling secara bahasa diartikan bantuan, nasihat, pengarahan dan pemberian
petunjuk kepada seseorang dalam berbagai bidang.
Menurut Moh. Surya, bimbingan merupakan proses pemberian
bantuan terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya agar tercapainya mampu memahami diri (selfunderstanding), menerima diri, mengarahkan diri (selfdirection), merealisasikan diri (selfrealization) sesuai dengan potensi
dan kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik
keluarga, sekolah maupun masyarakat.Sementara itu, Zainal Aqib mengutip
beberapa pendapat tentang pengertian bimbingan, yaitu sebagai berikut.
1.
Mortensen
dan Schmuller (1964) mengartikan bimbingan, thepart
of the total educational program that helps provide the personal
opportunities and specialized staff service so that each individual can develop to fulles of abilities and capacities in terms of
democtaic ideal. Intinya, bimbingan
merupakan bagian dari keseluruhan usaha pendidikan yang menyediakan berbagai
kesempatan, dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian sebagai upaya
mengembangkan kemampuan secara optimal dengan mengedepankan demokratisasi bahwa
masing-masing memiliki bakat, minat dan kemampuan yang berbeda-beda antara satu
dan lainnya.
2.
Miller (1961) mengemukakan bahwa guidance is the process of helping individuals achieve the self
understanding and self direction necessary to make the maximum adjustment to
school, home and community. Maksudnya, bimbingan adalah proses pemberian
bantuan kepada individu untuk memahami dirinya yang dilakukan di sekolah, rumah
atau masyarakat.
3.
Crow and Crow (1960), bimbingan diartikan sebagai bantuan
yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi
yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia
untuk menolongnya, mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya, membuat pilihan dan
memikul bebannya sendiri.
4.
Dewa ketut Sukardi dan Nila Kuswati (2008: 2) mendefinisikan
bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau
kelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar
individu atau kelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.Kemandirian
pribadi ditandai dengan lima hal yang menjadi fungsi pokok bimbingan dan
konseling, yaitu:
a.
Mengenal diri sendiri dan lingkungannya apa adanya.
b.
Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan
dinamis.
c.
Mengambil keputusan.
d.
Mengarahkan diri sendiri.
e.
Mewujudkan diri sendiri.
B. Bimbingan
dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian
terpadu dari sekolah tersebut, sehingga dalam pelaksanaannya tergantung
bagaimana pengorganisasian yang dijalankan di sekolah tersebut, sehingga tidak
ada tolak ukur bagaimana organisasi bimbingan dan konseling di sekolah yang
terbaik.
Organisasi bimbingan konseling di sekolah dalam
pengertian umum adalah suatu wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan
untuk mencapai tujuan bimbingan secara bersama-sama. sebagai suatu badan,
banyak ahli menawarkan model atau pola organisasi mana yang cocok diterapkan di
sekolah. Akan tetapi, pola organisasi yang dipilih harus berdasarkan atas
kesepakatan bersama diantara pihak-pihak yang terkait di sekolah yang
dilanjutkan dengan usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian
tugas, pengendalian proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan.
Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling
pada setiap satuan pendidikan tidak mesti sama. Masing-masing disesuaikan
dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan. Meskipun demikian, struktur
organisasi bimbingan konseling pada setiap satuan pendidikan hendaknya
memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Menyeluruh,
yaitu mencangkup unsur-unsur penting yang terlibat didalam sebuah satuan
pendidikan yang ditunjukkan bagi optimalnya bimbingan dan konseling.
2.
Sederhana,
maksudnya dalam pengambilan keputusan/
kebijaksanaan jarak antara pengambilan kebijakan dengan pelaksanaannya tidak
terlampau panjang keputusan dapat dengan pertimbangan yang cermat, dan pelaksanaannya
layanan / kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari urusan birokrasi yang
tidak perlu.
3.
Luwes
dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya pengembangan yang
berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas organisasi, yang semuanya itu bermuara
pada kepentingan seluruh peserta didik.
4.
Menjamin
berlangsungnya kerjasama, sehingga semua unsur dapat saling menunjang dan semua
upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran dan keberhasilan
pelayanan bimbingan dan konseling untuk kepentingan peserta didik.
5.
Menjamin
terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga
perencanaan pelaksanaan dan penilaian program bimbingan dan konseling yang
berkualitas dapat terus dilakukan.
Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat berlangsung
secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan secara
horizontal (penilaian sejawat).
C. Tujuan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling di Sekolah memberikan bantuan
kepada peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka
dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada
umumnya. Dengan demikian mereka dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat
memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umum.
Tujuan bimbingan dan konseling membantu siswa dalam
mencapai:
1.
Kebahagian
hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan.
2.
Kehidupan
yang produktif dan efektif dalam masyarakat.
3.
Hidup
bersama dengan siswa-siswa lain.
4.
Harmoni
antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.
Ditinjau dari pihak peserta didik, tujuan bimbingan dan
konseling, agar mereka dapat:
1.
Mengembangkan
seluruh potensinya seoptimal mungkin
2.
Mengatasi
kesulitan dalam memahami dirinya sendiri.
3.
Mengatasi
kesulitan dalam memahami lingkungannya.
4.
Mengatasi
kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya.
5.
Mengatasi
kesulitan dalam menyalurkan kemampuan minat dan bakatnya.
6.
Memperoleh
bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut.
D. Peran
Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa
Salah satu problem yang dihadapi siswa di sekolah adalah
kesulitan belajar. Ciri yang tampak seperti nilai jelek, hasil tidak sesuai
dengan usaha, sikap yang kurang baik, menentang, berdusta dan tingkahlaku lain
seperti membolos.
Siswa kadang tidak mengetahui bahwa ia bermasalah. Dalam
keadaan seperti ini hal yang diperlukan siswa yaitu :
1.
Bimbingan
Belajar
Bimbingan belajar untuk membantu peserta didik dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar, misalnya pengenalan
kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, dan perencanaan pendidikan
lanjutan.
Melalui bimbingan belajar guru pembimbing memberi bantuan
kepada peserta didik dengan cara mengembangkan suasana belajar mengajar yang
kondusif, agar dapat mengatasi kesulitan belajar, dan dapat mengembangkan cara
belajar yang efektif sehingga mencapai hasil belajar yang optimal dan mampu
menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan dalam bimbingan belajar, para guru
pembimbing berupaya memfasilitasi peserta didik dalam mencapai tujuan belajar
yang diharapkan
2.
Bimbingan
Sosial-Pribadi
Melalui bimbingan sosial-pribadi dapat memantapkan
kepribadian dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menangani
masalah-masalah sosial-pribadi. Bimbingan sosial-pribadi mengarah pada bidang
pencapaian pribadi yang mantap dengan memperhatikan keunikan dan bidang-bidang
permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
Bimbingan sosial-pribadi juga sebagai upaya pengembangan
kemampuan peserta didik untuk menghadapi masalah-masalah sosial-pribadi dengan
cara mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta
dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial-pribadi.
3.
Bimbingan
Karir
Bimbingan karir adalah satu upaya bantuan terhadap
peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia
kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang
diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga peserta didik mampu
mewujudkan dirinya secara bermakna.
E. Landasan
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan di sekolah mengikuti prinsip atau landasan akan
menentukan pendekatan dalam membantu klien, yaitu :
1.
Memperhatikan
perkembangan siswa sebagai individu mandiri yang berpotensi,
2.
Bimbingan
berkisar pada dunia subjektif individu,
3.
Bimbingan
dilaksanakan atas kesepakatan dua pihak,
4.
Bimbingan
dilandaskan pengakuan atas hak asasi,
5.
Bimbingan
bersifat ilmiah dengan mengintegrasikan ilmu-ilmu psikologis,
6.
Pelayanan
untuk semua siswa, tidak hanya yang bermasalah saja, dan
7.
Bimbingan
merupakan proses, terus menerus, berkesinambungan dan mengikuti tahapan
perkembangan anak.
F. Prinsip-prinsip
Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dalam
organisasi bimbingan dan konseling di sekolah perlu diperhatikan beberapa
prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
program lainnya bimbingan di sekolah harus dirumuskan dengan jelas.
1.
Program
bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing.
2.
Penempatan
petugas-petugas bimbingan harus disesuaikan dengan kemampuan, potensi-potensi
(bakat, minat dan keahliannya masing-masing).
3.
Program
bimbingan hendaknya diorganisasikan secara sederhana.
4.
Menciptakan
jalanan kerjasama yang erat diantara petugas bimbingan di sekolah, dan di luar
sekolah yang berkaitan dengan program bimbingan di sekolah lain.
5.
Organisasi
harus dapat memberikan berbagai informasi yang penting bagi pelaksanaan program
layanan bimbingan.
6.
Program
layanan bimbingan harus merupakan suatu program yang integral dengan
keseluruhan program pendidikan di sekolah.
G. Sifat
dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
1.
Sifat
Bimbingan dan Konseling
a.
Pencerahan
Sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang
mungkin timbul, yang akan mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan
dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
b.
Penyembuhan
Sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta
didik.
c.
Perbaikan
Untuk memperbaiki kondisi peserta didik dan permasalahan
yang dihadapinya sehingga dapat berkembang secara optimal.
d.
Pemeliharaan
Untuk menjaga terpeliharanya kondisi individu yang sudah
baik agar tetap baik.
e.
Pengembangan
Untuk mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif
individu dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
2.
Fungsi
Bimbingan
a.
Fungsi
Pemahaman.
b.
Fungsi
Penyaluran.
c.
Fungsi
Adaptasi.
d.
Fungsi
penyesuaian.
H. Asas-asas
Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan
profesional. Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan dan
penyuluhan konseling terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan
efektifitas proses dan lain-lainnya.
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu
ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dengan penyelenggaraan pelayanan itu.
Asas-asas yang dimaksudkan adalah:
1.
Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada guru
pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Asas ini akan mendasari
kepercayaan peserta didik kepada guru pembimbing.
2.
Kesukarelaan
Pelaksanaan bimbingan dan konseling berlangsung atas
dasar kesukarelaan dari kedua belah pihak.
3.
Keterbukaan
Bimbingan dan konseling dapat berhasil dengan baik, jika
peserta didik yang bermasalah mau menyampaikan masalah yang dihadapi secara terus
terang kepada guru pembimbing dan guru pembimbing bersedia membantunya.
4.
Kekinian
Masalah yang ditangani oleh bimbingan dan konseling
adalah masalah sekarang walaupun ada kaitannya dengan masalah yang lampau dan
yang akan datang. Maka pembimbing sesegera mungkin menangani masalah peserta
didik.
5.
Kemandirian
Bimbingan dan konseling membantu agar peserta didik dapat
mandiri atau tidak bergantung, baik kepada pembimbing maupun orang lain.
6.
Kegiatan
Bimbingan dan konseling harus dapat membantu
membangkitkan peserta didik agar berusaha melakukan kegiatan yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
7.
Kedinamisan
Bimbingan dan konseling hendaknya dapat membantu
terjadinya perubahan dan pembaharuan yang lebih pada peserta didik.
8.
Keterpaduan
Bimbingan dan konseling hendaknya dapat memadukan
berbagai aspek kepribadian peserta didik dan proses layanan dilakukan.
9.
Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling harus suai dengan norma
yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum, negara, ilmu maupun kebiasaan
sehari-hari.
10. Keahlian
Bimbingan dan konseling itu layanan profesional, maka
perlu dilakukan oleh orang ahli yang khusus dididik untuk melakukan tugas ini.
11. Alih tangan
Bila usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum
berhasil atau masalahnya di luar kewenangan, maka penanganannya dapat
dialihtangankan kepada pihak lain yang berwenang.
12. TutwuriHandayani
Bimbingan dan konseling hendaknya secara keseluruhan
dapat memberikan rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan
dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik.
I. Orientasi
Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling berorientasi pada
perkembangan individu. Berdasarkan atas hal tersebut, layanan bimbingan
konseling di sekolah akan menekankan pada :
1.
Orientasi
individual
Tiap individu berbeda, didasarkan atas latar belakang
pengalaman dan sifat kepribadian yang dimiliki. hal ini harus menjadi perhatian
yang besar dalam memberikan konseling karena perbedaan dasar ini akan
mempengaruhi konseling dan cara menganalisis masalah.
2.
Orientasi
Perkembangan Siswa
Tiap individu dalam tahapan usia tertentu memiliki tugas
perkembangan. Pencapaian tugas perkembangan merupakan tolak ukur dalam
mendeteksi permasalahan klien. Bertolak dari hal ini konselor dapat mendiagnosis
sumber timbulnya permasalahan klien agar pemecahan maslah berlangsung lahan
klien dan efisien.
3.
Orientasi
Permasalahan yang Dihadapi
Proses konseling harus berfokus pada permasalahan yang
saat ini dihadapi klien. Hal ini berkaitan dengan asas kekinian. Konselor harus
arif dan bijaksana menganggapi Mien dan mengarahkan situasi pada arah sasaran
yang dituju untuk memecahkan masalah klien.
0 Komentar