Embun yang Tidak Pernah Menghilang



Cerita ini dimulai dari saat saya lulus wisuda. Bercerita yang akan saya tulis hingga tidak berbatas. Sebenarnya saya sendiri telah menulis novel saya "EMBUN DI ATAS KECAMBAH" dan "BERSEMBUNYI DI BALIK KABUT". Saya sendiri tidak ingin mempublish kepada orang lain tapi saya menerima beberapa saran untuk tulisan kedua novel itu. Rahasia tersembunyi ada didalam dimana "EMBUN DI ATAS KECAMBAH" Memiliki 14 Chapter dan "BERSEMBUNYI DI BALIK KABUT" memiliki 12 Chapter. Alhamdulillah saya saat ini saya akan membuat cerita dari kejadian hari-hari setelah saya kelulusan strata 1 hingga saya mungkin jika masih punya berumur panjang. Saya sendiri lulusan UNINDRA Tahun 2018 Prodi Pendidikan Matematika. Langsung saja kebagian cerita ini.

Pembukaan

Bagian I. Sejuk Pagi 4.30

3 Hari sebelum saya wisuda, saya mengambil toga tepat pukul 05.00 WIB. Mengendarai motor revo yang telah lama menemani saya sejak SMA kelas 2. Motor ini begitu banyak memperlihatkan tekad saya dan bahkan setia sama saya dalam mencari ilmu. Kita akan sedikit flash back kebagian belakang. Biasanya jika ada perkuliahan jam 07.30 saya berangkat setelah shubuh. Sarapan kagak? yap, saya selalu sarapan memasak sendiri tanpa gradak-greduk (berisik). Saya tidak mau membangunkan seisi rumah. *SFX (Masak-masak sendiri, makan-makan sendiri) Saya membangunkan kedua orang tua saya biasanya setelah saya selesai sholat shubuh dan berangkat. Uang yang biasanya dikasih 1jt/perbulan biasanya masih tersisa 500ribu. Padahal saya tinggal di Bogor pulang pergi Jakarta. Waktu semester 1-5 itu naik kereta Rp 3.500,- sampai Stasiun Tanjung Barat, semester 6-8 itu naik menjadi Rp 4.000,-. Parkiran dulu dibelakang stasiun bogor Rp 4.000,- karena digusur pas semester 6 mau tidak mau pindah ke parkiran resmi yang harga Rp 8.000,- beuh mantap banget. Ini mau nulis atau hitung-hitungan? Eits bukan nulis juga tapi menceritakan agar kalian tau bahwa yang punya terkadang mengirit uangnya. 

Pagi itu saya berangkat dengan waktu tempuh untuk sampai stasiun adalah 40 menit itu kalo pagi lain hal kali sore-malam bisa jadi 1 jam 15 menit. Yap, karena terbiasa dengan keadaan dibawa enjoy. Ketika itu saya berpikir apakah yang terjadi dengan hari esok?. Saya senang dengan pagi hari dimana burung-burung berkicau disepanjang jalan. Selalu ada ketentraman ketika kita menghargai hidup. Pagi membuat semangat ada hadist  

"Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi dan waktu setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” (HR. Bukhari no. 39)

Berikan yang terbaik di hari ini selalu teringat di kepala saya. Biasanya saya sampai diparkiran stasiun itu pukul 05.20-05.15 dan naik kereta pemberangkatan pukul 05.30 atau 05.45. Saya senang melihat orang lalu lalang dikereta 



Posting Komentar

0 Komentar