Bersyukur

Sekuat apa pun upaya yang dilakukan orang untuk mengejar suatu kebahagiaan, mereka tidak akan pernah meraihnya. Sampai mereka mensyukuri apa yang sudah dimilikinya.



Entah kenapa, saya meyakini siapapun yang membaca artikel ini adalah orang-orang yang hidupnya penuh dengan kebaikan, berlimpah dengan hal-hal yang patut disyukuri. Saya juga meyakini benar, bahwa masih banyak orang di luar sana yang bila melihat Kamu yang sedang membaca artikel ini, mereka ingin seperti Kamu. Mereka merasa Kamu jauh lebih beruntung.

Duduklah bersama mereka, tatap wajah mereka. Kamu bisa mencium aroma tubuh mereka? Lihatlah, mereka sedang menatap Kamu dan berharap suatu saat bisa sebahagia Kamu.
Sahabtku ...
Banyak orang diluar sana yang harus menahan lapar berhari-hari karena tidak punya sesuatu untuk dimakan. Tubuh mereka lunglai, lemah, sampai-sampai terkadang mereka terpaksa harus mengemis demi seteguk air dan sesuap nasi.

Apakah Kamu sudah makan hari ini? Kemarin? Bersyukurlah.

Disudut lain, di kolong-kolong yang kumuh di bawah jembatan, dipojok-pojok pasar dan terminal, bocah-bocah dengan pakaian lusuh dan kurang sedap wanginya tertidur pulas di samping ibunya walau sambil menahan dinginnya angin malam. Tempat tidur di dalam rumah Kamu cukup nyaman? Bersyukurlah.

Lihatlah wajah-wajah berpeluh yang berjuang menahan sakit yang tidak terperikan di bilik-bilik yang hampir roboh. Tubuh-tubuh yang membengkak, dengan luka menganga yang dikerubungi lalat. Tidak ada biaya untuk berobat, bahkan untuk makan hari itu. Bila Kamu sehat sehari ini, bersyukurlah.

Tataplah setiap orang, ingatlah setiap nama, tidak satu pun dari mereka yang tidak punya masalah. Mulai dari Bu Yono (nama samaran) yang bertahan hidup hanya dari belas kasihan orang hingga Pak Budi (nama samaran) yang sedang berdiri gagah di resort pribadinya sambil memotivasi ribuan karyawannya. 

Kalau Kamu ada masalah, baik yang Kamu anggap besar maupun kecil, itu bukan sesuatu yang "istimewa", toh semua orang juga mengalami hal yang sama dengan Kamu.  Bersyukur dan merasa bahagia dengan apa pun keadaan Kamu saat ini, apa pun yang Kamu miliki, menjadikan Kamu pribadi yang istimewa. Karena tidak semua orang sanggup melakukannya. 

Kamu menjadi istimewa karena menjadi segelintir orang yang tetap tersenyum dan bersyukur di antara jutaan pengeluh dan pencaci nasib.

Sumber : Anwar, Muchlis. (2017). The Happiness Mindset. Jakarta: Bestari. Hal. 8-9.

Posting Komentar

0 Komentar