Sampai Kapan?

  • Rini selalu mengeluh karena kepanasan saat pulang kuliah. (padahal kuliah masih tiga tahun lagi.) 
  • Setiap hari Pandu mengeluh pekerjaan dan pimpinannya yang menurutnya sangat diskriminatif. (Dia sudah bekerja di sana selama tujuh tahun.) 
  • Beni selalu mengeluhkan keadaannya yang miskin tanpa sedikit pun mau belajar mengembangkan keterampilan, atau berusaha. (Keluhan yang masih sama dengan lima tahun lalu.) 
  • Rudi tidak pernah mengeluh kepanasan di bus. Dia selalu menggunakan mobil pribadinya yang berudara sejuk. Tapi, mulutnya tidak pernah berhenti mengucapkan kata makian dan ungkapan kekesalan setiap menghadapi kemacetan. (Kemacetan terjadi setiap hari di Jakarta.)


Masih banyak lagi yang mengeluh karena
hujan, tersinggung karena membaca status di media sosial, marah karena mati lampu, Iri karena teman di promosikan, kecewa karena di tinggal pacar, sakit hati karena candaan teman, ngambek karena tidak diundang, resah karena belum menikah, malu karena merasa kurang cantik, atau tidak bisa tidur karena harga BBM naik.

Bayangkan, bila Kamu bertemu dengan orang-orang seperti ini. Orang-orang yang waktunya terus diisi dengan keluhan. Hidupnya sangat "Dinamis", berpindah dari keluhan satu ke keluhan lain. Entah kenapa, mereka seolah sangat jelas untuk melihat sisi setiap peristiwa dan menemukan hal-hal untuk jadi bahan keluhan, kekecewaan, keresahan dan kemarahan.
Kalu ternyata keluhan tersebut tidak pernah mengubah keadaan menjadi lebih baik, kenapa harus mengeluh?

Apa mau terus hidup seperti itu?
Sampai Kapan?

Posting Komentar

0 Komentar