Kritik Pendidikan..

 


Ada sebuah pemikiran yang mungkin aneh dalam benak para mahasiswa, sebuah pendidikan andragogik yang diketahui para dosen untuk mahasiswanya. Seperti Guru yang harus mengetahui pedagogik untuk peserta didiknya.

Sebelumnya mari kita disclamair, bagi yang merasa harap berubah.

Pendidikan tinggi tidak jarang kita menemui banyak sekali kesulitan seperti dosen yang jarang masuk dan menyuruh mahasiswanya yang presentasi. Memang baik jika diimbangin komunikasi yang bagus antara dosen dan mahasiswa mengenai sebuah tujuan pembelajaran dan bahkan penilaian pun diikut sertakan. Tidak ubahnya pendidikan tinggi menjadikan sasaran bayaran saja, ketika sebuah deadline datang memasuki akhir perkuliahan. Ini bukan masalah mengenai strata pendidikan dimana kamu berada. Ini merupakan hakikat mengenai keuangan yang dibayarkan kepada instansi tempat kamu belajar. Yap, memang kamu bisa mengkritik pengajar saat evaluasi pada akhir perkuliahan ataupun pada penglihatan nilai. tapi, apakah tidak ada spesifikasi khusus melihat dosen yang seperti itu?.

Pandemi bukanlah halangan untuk para pendidik malas, bahkan dimasa sekarang ini tekanan psikologis lebih berat dibandingkan saat berada di bangku perkuliahan dengan tatap muka. Tidak jarang ada sebagian orang tua yang menyuruh, mati listrik dan kendala lain lagi. Parahnya di hari libur masih masuk kuliah yang dimana seseorang seharusnya mengistirahatkan sementara dari rasa penat. Kita menyadari itu hanya sementara setelah libur usai, akan tetapi yang lebih penting ada pengkondisian psikologis seseorang yang berbeda. Mungkin saja saya yang lupa bahwa, bisa saja seorang dosen memukul sama rata psikologis seseorang. Semoga tidak begitu.

Ada kalanya dan waktunya untuk seseorang belajar dengan sendiri tanpa paksaan yang menekan dirinya. Parahnya lagi, mahasiswa tidak bisa berekspresi langsung dan hanya bisa mengumpat pada sebuah grup kelas. Lantas, apakah mahasiswa takut ataukah kuasa nilai tertinggi mahasiswa memang benar dipegang penuh oleh dosen. Seperti manekin yang dimainkan seorang orator manekin, ketika kiri yak gerak ke kiri. Sebuah harapan muncul ketika seseorang berada di perguruan tinggi dan pastinya setiap orang mempunyai tujuannya masing-masing. 

S2 dikatakn seorang master atau magister, dengan jiwa magic.. (Lucu sekalian lelucon anda itu). Ada berbagai alasan individu itu mau melanjutkan pendidikannya. Ada yang memang ingin menjadi seorang dosen dan ada yang tidak. Perlu diingat apa sih gunanya pendidikan andragogik? Seseorang yang dewasa yang bisa menentukan pilihannya, yang tidak terbatas syarat untuk ia memiliki ilmu yang ia sukai. Tidak jarang seseorang tidak bisa memilih mata kuliah pilihan karena dengan alasan syarat minimal yang harus memilih mata kuliah itu. ketika seseorang itu bisa mendapatkan syarat minimal, tidak jarang ada perkataan "dosennya tidak ada" lantas buat apa ditulis apakah sebagai sebuah simbol untuk akreditasi dan penekanan kebebasan memilih atau yang lebih kerennya Kata Mendikbud sekarang adalah "Kampus Merdeka".

Oke beberapa paragraf kita sedikit menyindir kebijakan kampus. Kembali lagi saat ini saya sedang diperlihatkan sebuah ke aneh. Memang dalam waktu dekat ini akan diadakan UAS. Dalam waktu yang dekat itu masih jauh sekali materi. Dengan kekuatan maahasiswa disuruhlah maju presentasi materi dengan embel-embel kelompok lebih memudahkan. Ada gesekan ilmu yang makin tergerus jika seperti ini. Percaya ga percaya jika terlalu dipaksakan ilmu yang disampaikan makin sedikit. Kita sebagai mahasiswa belajar sendiri ia. lantas dimasa pandemik begini tidak ada pengurangan biaya dan kita belajar sendiri lagi hanya saja ilmu yang di dapat sedikit dan psikologi yang kian hari, kian tertekan. 

Sinkronize tugas antara satu dosen dengan dosen yang lain terkadang berbeda. Kata dosen satu kita harus berlatih menulis artikel dan satu lagi menulis artikel. Terkadang persepsi artikel dosen yang satu dengan yang lain berbeda. Lagi-lagi ilmunya berbenturan letak mahasiswa mengenai pembuatan artikel yang disinkron ini membuat rumit diselesaikan dan membutuhkan waktu yang lama. Ego memang besar jika menyangkut pendidikan yang tidak ada komunikasi satu dengan yang lain.

Tidak jarang apalagi bidang matematika di ujikan lisan. Dengan waktu yang terbatas. Saya ga masalah ketika dosen itu tidak ada kesalahan saat mengajar dengan lisannya juga. Berlaku fair lebih baik daripada menunjukkan hal yang menurut saya tanpa landasan dasar dan melihat kemampuan diri sendiri ketika mengajar.



Posting Komentar

0 Komentar