Adab membangun rumah dengan tetangga


Perspektif ini dibuat dari segi sosial. 

Membangun rumah tidak hanya bisa lihat diri kita senang, terlebih lagi sisi kanan, kiri, belakang, dan depan ada tetangga kita. Ketika kita mau membangun rumah ada beberapa hal yang mungkin saja mengganggu tetangga kita, baik dari segi bagian rumah tetangga yang rusak, maupun kebisingan yang akan ditimbulkan saat pembangunan.

1. Meminta izin.

Hal yang dilupakan dalam bersosialisasi adalah izin. Orang tua saya selalu bilang "Nak, ketika kamu bangun rumah baik ditingkat atau diperbaiki izinlah ketetangga karena yang ditimbulkan efeknya saat pembangunan". Apalagi ketika kamu membangun rumah tingkat dan berdempetan tentunya ada sebagian pekerja yang abai mengenai pembangunan yang akan menyebabkan atap/genteng tetangga itu bocor. Nasihat kedua oleh orang tua "Nak, sampaikan kepada tetanggamu. apalabila sewaktu-waktu ada bagian yang bocor karena pembangunan rumah, jangan sungkan tetangga bilang apadanya". Buatlah pembiayan 15% dana tak terduga karena efek pembangunan bagi tetangga.


 

2. Memundurkan patok.

Sebagian besar rumah subsidi tembok antar tetangga hanya ada satu, bagaimana menyikapinya untuk tidak berkonflik dengan bertetangga. Tentunya saja saya memundurkan patok. Membuat pondasi baru dan tembok baru. Ini pengalaman saya melihat case masalah rumah orang tua dengan tetangga baru muda, melihat permasalahan yang awal mereka ga tau. padahal ortu saya sudah berusaha memundurkan patok dan bahkan tembok baru, tiba-tiba pengembang memakai atas tembok buat tingkat rumah orang. Perkara ini sewaktu-waktu saya mau meningkatkan rumah ibu saya akan menjadi masalah besar.


3. Sepakati pembuangan.

Lagi-lagi rumah subsidi masalah pembuangan ini menjadi biangnya. Kebetulan dirumah saya pembuangannya sangat aneh sekali, dimana ada dibelakang bagian tetangga. Coba komunikasikan tetangga belakang, kiri, dan belakang. Case ini saya lihat dari orang tua saya yang sudah mau membobok lantai agar tetangga bisa mengaliri pembuangannya. 


Kok keluarga saya mengalah? karena dalam agama saya sendiri menghindari sedikit konflik. Tapi tetap ada saja tetangga yang sok tau dengan egonya. Saat saya menulis ini karena baru mau memperbaiki rumah yang saya beli walaupun KPR, saya mencoba meminimalisir konflik sebisa saya dengan mengambil kasus kedua orang tua saya. Mungkin ini bisa menjadi tambahan bagi agan dan sista untuk tidak hanya memikirkan ego sendiri dan lebih penting adalah sebagai pengingat turunan ane kelak untuk adab membangun rumah dengan tetangga.


Posting Komentar

0 Komentar