Manusia Lebih Buruk dari Keledai?





Ketika mendengar kata ”keledai”, mungkin yang tergambar dalam benak kita adalah seekor binatang yang lamban, lemah, bahkan sering diidentikkan dengan binatang yang bodoh. Sepintas memang gambaran seperti itu tidak sepenuhnya salah. Ungkapan mengenai keledai, sebagaimana diungkapkan diatas bahwa keledai memang tak seagresif kuda. Jalannya lambat. Karena sangat lambatnya bahkan kadang kita menganggap bahwa keledai merupakan binatang yang tampak malas dan tak punya inisiatif. Ada peribahasa “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali.” pepatah ini tentu sudah akrab sekali di telinga kita. Seseorang yang tak bisa mengambil hikmah dari kesalahan yang sama diibaratkan sama dengan keledai.


Kita manusia sebagai mahkluk ciptaan yang mulia tentu jauh lebih baik dan pintar dibandingkan seekor keledai. Hewan berkaki empat yang kerjanya hanya makan, jalan dan tidur, tentu kita jauh lebih cerdas dibandingkan mereka.


Sepanjang hidup kita penuh dengan pembelajaran dan pelajaran-pelajaran kehidupan ini akan terus berjalan hingga kita tutup usia. Sayangnya di tengah jalan tanpa sengaja kita masuk pada sebuah lubang masalah dan kemudian bangkit tapi bodohnya kita malah lengah dan terjerumus lagi pada lubang yang sama dengan sebelumnya. Hanya kata penyesalan yang terdengar di akhir peristiwa.


Siapakah yang lebih pintar, keledai atau manusia ?


Hanya keledai yang akan mengulangi kesalahannya yang lalu. Bodohnya lagi manusia malah mengikuti jejak hewan keledai, sering kali tidak berpikir panjang dalam melangkah. Lagi, lagi dan lagi bahkan sampai tiga kali masih saja berkutat pada kebodohannya.


Setiap hal Negatif pasti ada hal Positif


Dari penjelasan di atas, saya sudah membahas perihal pandangan-pandangan negatif terkait dengan binatang yang satu ini. Namun, apakah semua yang ada pada diri keledai adalah bernilai negatif. Ternyata jawabannya adalah tidak semua hal tentang keledai itu adalah hal negatif melulu. Janganlah kita lupa, masih ada peribahasa yang lainnya tentang keledai dan itu merupakan sebuah pribahasa yang menggambarkan tentang sisi positif yang dapat diambil dari hewan keledai: ”Keledai tidak akan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.” Peribahasa itu juga berarti sebodoh-bodohnya keledai, binatang itu toh belajar dari pengalaman.


Kegagalan atau kemalangan yang diterima oleh keledai mampu ia jadikan sebagai pelajaran hidup agar tidak terulang lagi dilain kesempatan di masa yang akan datang. Keledai belajar dari sejarah. Anehnya, manusia (Homo Sapiens ’manusia yang berpikir’) yang katanya memiliki otak untuk berpikir justru terkadang masih suka mengulangi kesalahan yang sama. Belajar dari sebuah kesalah untuk akhirnya tidak lagi mengulangi kesalahan tersebut adalah salah satu hal tersulit yang harus dihadapi dalam hidup.


Namun, nyatanya seekor binatang yang sudah diidentikkan sebagai binatang bodoh mampu mengungguli kita (manusia) dalam hal yang satu ini. Agaknya kita malu dan menjadi terpacu, keledai saja bisa mengapa kita yang diberikan kemampuan untuk berpikir tidak dapat melakukan hal yang sama atau mungkin lebih baik lagi dari apa yang dilakukan oleh keledai. Masihkah kita menyebut binatang yang satu ini dengan sebuatan binatang bodoh? Layaknya kita berkaca dulu pada diri sendiri.

Posting Komentar

0 Komentar