Kalau memang untuk bahagia harus memiliki sesuatu, bukankah Kamu sudah banyak memiliki sesuatu?
Kamu bisa membaca tulisan ini? Berarti Kamu punya mata yang sehat. Punya kemampuan membaca dan memahami tulisan, punya uang untuk membeli kuoata, atau setidaknya punya saudara atau sahabat yang mau meminjamkan hotspotnya kepada Kamu.
Untuk hal itu saja, begitu banyak yang perlu Kamu syukuri dan merasa bahagia karenanya. Kamu itu tidak buta, Kamu tidak harus meraba-raba untuk berjalan dan melakukan berbagai aktivitas, bisa melihat tulisan, melihat wajah orang tua, semuanya menjadi mudah dengan kondisi mata Kamu saat ini. Betapa bahagianya Kamu, dan itu baru satu dari sekian banyak sesuatu yang Kamu miliki.
Waktu di Stasiun Bogor sayang menemai orang yang penglihatannya kurang bagus. Tapi beliau bercerita untuk tidak membuang waktunya dengan meratapi kebutaannya. Hidup ini baginya begitu indah, sayang kalau hanya diisi dengan ratapan, toh ujung-ujungnya kita akan meninggal juga.
Kalau Kamu bahagia dan bersyukur karena mata Kamu yang masih dapat melihat, maka orang lain selalu merasa bahagia dan sibuk membahagiakan orang lain, termasuk ratusan anak yatim yang diasuhnya, walau tanpa dapat melihat wajah-wajah mereka sekalipun.
Saat orang-orang bermata normal dan bertubuh sehat sibuk berkeluh kesah, dia terus dilingkupi kebahagiaan dalam kebutaan dan cengkeraman diabetes.
"Bahagia itu memang sederhana dan kadarnya tetap".
Kebiasaan sederhana yang akan membuat Kamu bahagia:
Berikanlah hadiah kejutan untuk seseorang yang sering Kamu minta bantuannya.
Kamu tidak akan menjadi mulia dan terhormat dengan menceritakan keburukan orang lain. Hanya orang hina yang suka menghina orang lain, hanya orang buruk yang suka memburuk-burukkan orang lain.
Apakah Kamu merasa kebahagiaan Kamu bertambah dengan menceritakan keburukan orang lain? Apakah kamu merasakan lebih dekat dengan Allah dan lebih dicintai oleh manusia dengan melakukan hal itu?
Tidak ada kebaikan yang datang dengan memburuk-burukkan orang lain. Lebih baik banyak istighfar dan sibukkan diri untuk mengevaluasi dan memperbaiki keburukkan diri sendiri.
Sebelum Part Apa yang Kamu Punya?
Part Bersyukur : Disini
Part Dua Syukur : Disini
Part Uang : Disini
Part Uang : Disini
Sumber :
Anwar, Muchlis. (2017). The Happiness Mindset. Jakarta: Bestari. Hal. 23-25.
0 Komentar